Selama ini kita mengenal sifat munafik adalah seperti yang disabdakan Nabi berikut ini : Dari Abdullah bin Amru RA., Nabi SAW bersabda: “Empat perangai apabila berada pada seseorang akan menjadikannya munafik tulen, dan apabila salah satunya berada pada seseorang,akan menjadikannya mempunyai salah satu sifat orang munafik,sampai meninggalkannya.Yaitu: Apabila diberi amanat ia khianat,apabila berkata ia dusta,apabila berjanji ia ingkar dan apabila bertikai ia curang.” (HR. Bukhari-Muslim)
            Islam melarang kita berlebihan dalam melakukan sesuatu. Termasuk kita tidak boleh berlebih-lebihan menghakimi seseorang sebagai seorang munafik. Menuduh mereka,lalu menyebutnya sebagai ahli Neraka.Seseorang melakukan salah satu perbuatan: dusta,khianant,dan ingkar janji,yang itu dilakukan karena situasi tertentu,bukan menjadi tabiat atau kebiasaan,kata Nabi ia telah “memiliki salah satu sifat orang munafik”. Sedangkan orang yang sering melakukan dusta,khianat dan ingkar janji,maka ia disebut munafik tulen. Keduanya berbeda. Yang pertama sedang mensifati satu “objek”. Yang kedua,”objek” itu sendiri.
            Supaya mudah dipahami,mungkin perbedaannya bisa dicontohkan dengan dua kalimat berikut : Pertama, kalimat:”dia orang jawa”.Kedua, kalimat: “dia berperilaku seperti orang jawa”. Kalimat yang pertama menjelaskan,orang itu Asli orang jawa,perilakunya pasti perilaku orang jawa. Sedangakan yang kedua,orang itu mirip orang jawa.Tapi belum tentu orang jawa.hanya saja,perilakunya sudah seperti orang jawa.kalau dia tidak merubah perilakunya,maka ia akan dianggap orang jawa.Tapi kalau merubah,maka dia tidak akan lagi disebut sebagai orang jawa.
            Selanjutnya dalam hal tujuan bermunafik,para ulama mengatakan,munafik memiliki tingkatan berbeda-beda.Apabila kemunafikan itu dalam I’tikat iman,seperti munafik Madinah yang membenci Nabi,maka dia disebut munafik I’tiqadi (keyakinan). Dan apabila dalam hal lain,dinamakan munafik amaly (perbuatan),baik yang berupa kegiatan mengerjakan atau meninggalkan.Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Sahih Muslim,menggatakan : “Makna (pengertian) yang benar dan yang tepet mengennai hadits ini (hadits yang disebut di atas) adalah sifat-sifat tersebut merupakan sifat orang munafik,pelakunya mirip orang munafik,dan berperangai seperti perangainya mereka.karena munafik adalah menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang disembunyikan.
            Pengertian ini  ada pada orang yang memiliki sifat-sifat tersebut.dalam hal ini kemunafikannya hanya kepada oaring yang berbicara dengannya,yang diberi janji,yang mempercayainya,dan yang bertikai dengannya,bukan munafik yang berarti menampakkan keislaman secara lahir, dan dalam batin menyembunyikan kekafiran.”
            Demikian ulama memberikan penjelasan tentang sifat munafik.Agar kita tidak jatuh pada sifat berlebihan dalam menghukumi sesuatu. Khuususnya dalam menilai orang lain. Adapun untuk menilai diri sendiri,justru sebaiknya kita mengambil langkah berhati-hati. Sebagaimana yang dilakukan oleh Umar RA. Bagaimana sahabat nabi ini setiap saat berada dalam kekhawatiran terjerumus dalam kemunafikan.Beliau yang Alim,Huzaifah bin al-Yaman: “Huzaih,beritahu aku,mungkin padaku ada sifat-sifat munafik yang aku tidak sadar”.
            Siapakah Umar?siapa kita?, kalau Umar senantiasa khawatir perilakunya membuat beliau tercacat sebagai munafik,layakkah kita merasa bebas dari penyakit ini?

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2010 Siungmas blog
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger